Oleh : Zumrotus Sa'diyah
Desember kelabu, itu yang Reyhan katakan pada saat itu. Memang
pada bulan itu cuaca tidak menentu seperti bulan Desember tahun lalu. Katanya
bulan Desember adalah awal dari segalanya, tapi aku tidak tau maksud dari perkataannya.
“Ah bodo amat lah,” kataku. Tapi sedikit demi sedikit akan kucari
tahu maksud perkataanmu (Reyhan).
Beberapa hari setelah Reyhan mengatakan itu, Reyhan pun menulis pesan
singkat yang isinya seperti memberikanku kode-kode yang seolah-olah harus
kupecahkan. Reyhan mengirimkan banyak emoji yang saling terhubung satu sama lain dan memiliki arti tertentu.
Aku tahu ini memang aneh, aku tak pernah bertemu sosok seperti ini
sebelumnya, tapi nyatanya memang begitu.
Senja kala berlokasi didepan rumaku Reyhan datang menghampiriku untuk bertanya keadaanku,
memastikan aku baik-baik saja.
“Apa kabar, Rani?” Ucapnya sembari melambaikan tangan.
Akupun menjawab, “Kabar baik.”
“Oh yaudah, bentar lagi, tunggu ya.” Reyhan menyahut ucapanku dan langsung pergi menjauhiku.
Reyhan pun langsung pergi entah kemana. Didalam hati aku bergumam. “ Dih apaan sih, ga jelas. Males banget.”
Ya, memang obrolan senja kami sangat singkat, sesingkat cewek-cewek berdandan. Aku mencoba mencari
tahu kode apalagi yang dia berikan dalam obrolan singkat itu. Mustahil dia
bicara padaku tanpa main kode.
Dengan berjalannya waktu aku semakin tertantang memecahkan
teka-teki orang misterius itu dan mulai mencari tahu bagaimana kehidupannya. Aku memulainya
dengan membuka story whatsapp milik Reyhan. Satu-persatu story whatsapp Reyhan kucermati
ternyata ada beberapa yang aku mengerti. Reyhan memposting foto gelas yang
awalnya utuh menjadi pecah dan dia mencoba menyatukan pecahan gelas tersebut
dengan sebuah lem yang dimana tidak akan mungkin gelas itu menjadi
utuh kembali, pasti masih ada kepingan kaca dari gelas itu yang masih
berserakan.
Dari sini aku mulai paham bahwa Reyhan sedang tidak baik-baik saja.
Hatinya seperti sedang berserakan seperti halnya gelas yang menjadi snap
whatsappnya. Aku yang dulunya bodo amat dengan kehidupannya sekarang aku mulai
memikirkan Reyhan. bukan hanya memikirkan kehidupannya melainkan masih menyusun
kode awal dan mencari kode-kode berikutnya.
Malam ini dan malam-malam berikutnya aku putuskan menyusun
kata demi kata yang pernah keluar dari ucapan Reyhan si misterius itu, dengan pena kesayanganku. Aku
belum menemukan jawaban pada hari itu. Ku lanjutkan hari-hari berikutnya dan
aku mulai menemukan jawabannya.
Jawabannya adalah “Aku menyukaimu”. Ya, benar sekali. “Aku pikir
dia juga menyukaiku.” Dengan sangat percaya diri aku mengatakan itu. Bersamaan
dengan aku mencari tahu satu persatu kode tanpa sadar aku juga memikirkan Reyhan.
Hebat sekali Reyhan, bisa-bisanya masuk ke dalam pikiranku, tanpa aku sadari
ternyata aku sendiri yang terlalu memikirkan semua perkataannya.
“Klunting.” Suara whatsapp masuk dari handphone ku. Aku segera
bergegas mengambil handphone ku dan melihat siapakah sosok pengirim pesan itu. Ternyata
itu pesan dari Reyhan yang mengomentari snap whatsapp ku.
Dia mengejekku dengan mengirim gambar wajah yang mleyot-mleyot di bawahnya
tertulis namaku yang dibuat dengan coretan pensil miliknya. Aku geram pada
saat itu. “Awas aja nanti kalau ketemu bakal aku pukul kau.” Balasku dengan
penuh candaan.
Tiap hari Reyhan mengirimkan pesan-pesan singkat yang didalamnya terdapat
teka-teki yang bermakna. Masih saja mengirim emoji-emoji yang saling terhubung.
Aku heran pada diriku yang saat ini menyukai sosok yang sangat susah dipahami
dan penuh dengan teka-teki seperti Reyhan.
Terlihat gravitasi diantara kita seolah saling tarik satu sama lain
semacam mengakrab dekatkan. Kau memberi kode-kode rumit dan aku mengejarmu
melebihi batas limit. Aku mempelajari setiap lembar cerita yang kau miliki, aku
mengamati bagaimana kamu memulai paragraf dalam pembicaraan. Caramu mengatur
titik koma, dan mengedepankan kolerasi kata yang nyaman untuk dibicarakan,
sampai disitu aku mengerti bahwa ada sesuatu yang mendesak ingin diakui.
Jam menunjukkan pukul 23.00 dan Reyhan masih mempunyai topik
pembicaraan yang membuatku semakin menyukainya. Reyhan seperti berusaha membuat
aku jatuh cinta padanya tapi memang sebenarnya aku sudah mulai menyukainya.
Tapi aku takut kalau ini cuma perasaanku saja yang mengharapkan sosok misterius
juga humoris seperti Reyhan yang selalu mengisi hari-hariku dengan memecahkan
teka-teki romantismu.
Sudah pukul 00.00 chatting masih berlanjut
“Selamat ulang tahun bray, semoga hari-harimu bahagia ya“
Hari ini, tanggal 22 Juli adalah hari ulang tahunku, ada 3 pesan
masuk pada waktu itu, 2 pesan itu dari sahabatku dan 1 pesan dari Reyhan yang
mengucapkan selamat ulang tahun untukku.
Semoga dihari ulang tahunku ini aku mendapatkan kebahagiaan seperti yang Reyhan katakan. Membalas pesan satu-persatu dengan mengatakan terimakasih. Aku membalas pesan Reyhan terakhir dari 2 orang temanku dan aku juga mengucapkan terimakasih kepada Reyhan. "Thanks Rey."
“Makasih juga telah menjadi alasanku bahagia,“ ucapmu.
Aku menjawab, “Bahagia? Lo bahagia kenapa, Rey?
“Bahagia menjadi temanmu, dan akan lebih bahagia jika kamu menjadi kekasihku,“ cetus Reyhan.
Ah bagaimana aku bisa tidur kalau gini, Reyhan membuatku susah
tidur saja, tapi gimana cara jawabnya? aku benar-benar bingung, gumamku dalam hati.
Aku mengejeknya. “Kutuk jadi batu kau ya, berani-beraninya bercanda seperti itu.”
5 menit kemudian barulah dia membalas pesanku
“T-tapi aku serius, gimana dong?”
“Gimana apanya?
“Ya, kamu mau nggak kalau kita jalani saja dulu? Kalau nggak mau nanti
aku paksa.”
“Kalau aku jawab mau kamu jangan rol depan ya, kasian nanti capek,
udah malam juga nanti malah dikira kesurupan, hahaha. Yaudah aku tidur dulu
ya.”
Sebelum tidur tak lupa Reyhan mengucapkan selamat malam kepadaku yang katanya pacar barunya, hahahaha.
“Good night Rani, Sweet dream”
Ucapannya yang manis menjadi pengantar tidurku yang paling
romantis.
Hari-hari berlalu dengan sangat bahagia, menatap wajahnya seakan
tidak ada beban yang dia rasakan ketika bersamaku. Kita menghabiskan waktu
dengan kebahagiaan, tertawa bersama merancang masa depan, seakan dunia hanya
milik mereka yang sedang jatuh cinta.
Reyhan menatapku, aku menatapnya, kita saling tatap dan Reyhan berjanji akan menetap.
39 hari setelah itu kami jarang contact apalagi bertemu, karena
memang aku yang jarang ada waktu untuknya. Saat ini aku sedang sibuk mengerjakan
tugas yang tiada henti mengalir setiap hari seperti air pegunungan yang
murni dan Reyhan pun memakluminya.
Ucapan semangat dari Reyhan selalu menyertaiku setiap hari tanpa henti.
Ketakutanku jika Reyhan mulai bosan dengan keadaan yang memaksa untuk berada di
titik sekarang. Dengan santainya kamu menjawab, “Semua akan baik-baik saja.”
Hari-hari berlalu percakapan mulai singkat, aku berusaha membuat
keadaan tetap berada di posisi ternyaman miliknya dulu. Tapi aku merasa Reyhan
sudah mulai bosan dengan keadaan sekarang. Aku takut Reyhan sudah mempersiapkan
penggantiku yang lebih banyak meluangkan waktu untuknya.
Aku memiliki sebuah kejanggalan disini. Maulida sahabatku memposting
sebuah foto sepasang kaki yang bersepatu, badan dari kaki tersebut seperti
sedang duduk diatas kursi depan Maulida. Sepatu yang Maulida posting mirip dengan sepatunya
Reyhan. “Mungkin hanya mirip lah, Pabrik gak mungkin memproduksi satu barang
saja," kataku. Tapi, letak kejanggalannya ketika Maulida menghapus postingannya
setelah aku melihatnya.
Ditengah obrolan whatsapp yang singkat Reyhan masih bisa membuatku tertawa
lepas tanpa ingat kalau tadi pusing karena tugas. Sampai pada suatu hari tanpa
memikirkan perasaanku, Reyhan datang kerumahku untuk memutuskan hubungannya
denganku tanpa aku tahu alasan darinya. Dan itu bertepatan pada bulan Desember
tahun ini. Semua kode sudah terpecahkan, semua sudah terselesaikan. Memang
benar kata Reyhan bulan Desember kelabu. Peristiwa ini seperti semua sudah Reyhan rancang dari satu tahun yang lalu.
Aku tidak akan lupa bagaimana dia mengajariku bahagia, hingga kini mengajariku berduka. Aku tidak akan lupa bagaimana dia mengajariku ramai
hingga kini mengajariku sepi. Aku tidak akan lupa dia mengajariku seutuhnya
hingga kini mengajariku sebutuhnya.
Yang aku takutkan kini terjadi. Mencoba ikhlas walaupun harapanku
menjadi pasangan hidup Reyhan kini kandas. Aku pun sadar kalau memang ini salahku
yang tidak bisa meluangkan banyak waktu untuknya. Aku mencari tahu alasan Reyhan dengan
selalu mengartikan semua postingan barumu dan ternyata kamu lagi dekat dengan
Maulida sahabatku.
Saat
aku sibuk mengerjakan tugas sekolahku Reyhan mencaritahu kabarku dengan menanyakan
sahabatku Maulida. Cukup tau saja, mungkin sepatu itu benar milik Reyhan. Mau menyalahkan
siapa aku juga tidak tahu, Sebab ini memang salahku yang jarang memberi kabar
untuk Reyhan hingga kini Reyhan jatuh kepelukan sahabatku. Tidak akan ada yang bisa menyalahkan sebuah rasa yang memang
datangnya secara tiba-tiba kepada Reyhan dan temanku. Iya, temanku.
Senja
yang aku banggakan telah hilang, indah namun sesaat.
Penasaran
dengan kelanjutan kisah Rani? Ikuti terus update ceritanya yuk
Baca Juga : Gadis galau dan playboy tampan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar